Asal usul nama Kota Depok, berkaitan dengan Mataram Sultan Agung dan Raden Roro Pembayun.
Nama
Depok terkenal kota satelit Jakarta, Nama Depok juga erat berkaitan
dengan kisah sejarah Majapahit yaitu putra Kertabumi yang bernama Bondan
Kejawan menurunkan Ki Ageng Abdullah atau Ki Ageng Getas Pendawa atau
Raden Depok, seorang kyai atau guru spiritual , yaitu belajar mengaji di
tempat Raden Depok, kisah ini terjadi di tahun 1500 atau semasa
walisongo di pulau Jawa,
Jadi kalau istilah Depok ini berasal
dari kata kata Padepokan maka jelas nama Depok telah ada sebelum
Cornelis Chastelein datang ke Depok, namun sebetulnya kata kata De-Folk
yang artinya "rakyat" juga bisa dikaitkan sebab nama awal dari Kali
Sunter (yang muaranya berada di kelurahan Cilangkap Tapos Depok) sudah
disebut oleh pimpinan telik sandi tentara Mataram yang tinggal di
Batavia sejak tahun 1620 - 1629 yang bernama Ki Bagus Wanabaya, (putra
Ki Ageng Mangir dan Roro Pembayun dari Mataram) sebagai Kaal - Stinker
atau "daerah orang miskin yang berbau kentut" rupanya naluri insting
intel Mataram yang cakap berbahasa Belanda ini memahami bahwa dengan
sebutan yang rendah itu tidak akan menuntun intel VOC Belanda untuk
mencari lokasi khusus yang menjadi markas tentara Sandi Mataram di Depok
itu.
Namun keberadaan Kaal - Stinker atau Kali Sunter itu
akhirnya terendus juga oleh intelejen VOC Belanda yang menemukan
penduduk Tapos ini ternyata telah kemampuan tempur yang sangat baik,
maka pimpinan intelejen VOC menugaskan seorang tentara muda dan cerdas
bernama Cornelis Chastelein yang pada tahun itu pada usia 25 tahun
menyelidiki dan memantau dan menggarap daerah selatan Batavia ini
sebagai daerah penyangga kekuatan militer Batavia melawan tentara
pemberontak lokal Sunda . Ia bersama kesatuan tempurnya bekerja keras
dan menanamkan jiwa persaudaraan dalam korsa kesatuan tempurnya. Dan
pada tahun 1691 ia dinaikkan jabatannya namun ia malah pensiun dari VOC
karena diserahi tugas khusus untuk memimpin Garnizun Depok, sebuah
kesatuan tentara yang mandiri dengan para prajurit lokal Nusantara .
Jabatan itu didapat karena ide cerdasnya untuk membentuk kesatuan
tentara khusus Kristen beranggota suku suku di Nusantara yang mandiri,
keluarga pejuang yang harus bisa berbaur di masyarakat sebagai petani
atau pekebun yang agamis ,
Cornelis Chastelein menjadi komandan dan
memerintah garnizunnya lengkap dengan sistem pemerintahannya dan melatih
para prajurit lokal VOC ini dengan sangat baik sehingga sebagian besar
anggotanya (walaupun berlainan suku dan daerah) sangat piawai berbahasa
Belanda. Model dan ketaktisan kesatuan tempur Garnizun Depok ini sangat
dikagumi dan mengilhami Herman Willem Deandels yang pernah bertugas
menjadi Gubernur Jendral ke 36 di Batavia mencetuskan Ide Legiun Asing (
legion Estranger) dalam ketentaraan Napoleon Bonaparte pada tahun 1812,
yaitu adanya prajurit dari bermacam suku dan bangsa dalam sistem
keprajuritan Perancis, ide ini ditiru dan dilaksanakan oleh pemerintah
Perancis hingga perang dunia ke II.
Tentara lokal garnizun Depok
ini dididik Cornelis Chastelein secara keras, disiplin dan spartan,
(pendidikan ketentaraan inilah yang disamarkan oleh VOC sebagai
perbudakan), sehingga garnizun Depok ini menjadi andalan VOC dimasa
itu dalam menumpas pemberontakan pemberontakan yang seringkali terjadi
di Nusantara. Garnizun Depok ini mempunyai simbul 12 marga atau kompi
(atau disebut kumpi), Dengan adanya Kristen sebagai agama wajib
anggotanya di Garnizun Depok ini, maka tentu vaktor pembelotan tentara
lokal VOC saat melawan kerajaan (yang kebanyakan Islam) Nusantara dapat
diminimalisir sekecil mungkin. Oleh karena ia bertindak sebagai direktur
dan komandan Garnizun, demi kecintaannya pada para prajurit setianya
maka saat ia meninggal, ia meletakkan harapana dan cita-citanya pada 12
kumandan kompinya dengan mewariskan semua harta bendanya kepada mereka.
http://pahlawan-kali-sunter.blogspot.com/search?updated-min=2013-01-01T00:00:00-08:00&updated-max=2014-01-01T00:00:00-08:00&max-results=37