
Berbeda
dengan anak-anak seusianya, Arifin Syam,
yang namanya diambil dari kota tempatnya dibesarkan, negara Syam,
tergolong bocah yang jenius, tak salah jika pada usia 7 tahun, di
kalangan guru dan Para pendidiknya ia telah menyandang panggilan sebagai
sufi cilik. Agaknya inilah yang menyebabkan kenapa di kala itu ia
menjadi anak yang diperebutkan di kalangan guru besar di seluruh negara
bagian Timur Tengah, bahkan di usia 11 tahun, ia telah mampu menempatkan
posisinya sebagai pengajar termuda di berbagai tempat ternama, misalnya
Madinah, Makkah, istana raja Mesir, Masjidil Agso, Palestina, dan
berbagai tempat ternama lainnya. Walau begitu, ia banyak dihujat oleh ulama
fukkoha, maklum, kian hari rambutnya kian memanjang tak terurus, sehingga dalam pandangan para
ahlul fikokkha, Arifin
Syam,
terkesan bukan sebagai seorang pelajar sekaligus pengajar religius yang
selalu mengedepankan tatakrama. Pelecehan dan hinaan yang kerap
diterimanya, membuat Arifin Syam mengasingkan diri selama beberapa tahun
di salah satu goa di daerah Haram, Mekah.